Wednesday 19 November 2014

INDRAWATI DAN KREASI PERCA BATIK


Perca batik adalah limbah. Namun, di tangan Indarwati (34) limbah itu menjadi produk bernilai ekonomi dan mengandung kreativitas tinggi. Indarwati memproduksi sandal, dompet tangan, tas, pembungkus laptop, dan dasi dari perca kain batik. Berhiaskan manik-manik, kain yang semula teronggok di sudut rumah menjelma sebagai produk yang dijajakan di hotel hingga ke luar negeri.
Indarwati mulai menggeluti usaha itu tahun 1999 setelah sebelumnya membantu usaha sang ayah, Abdul Gani, yang membuat sandal batik sejak penghujung tahun 1989. Semula, Abdul Gani membuat sandal dan selop dari kulit sintetis pada tahun 1970-an. Atas permintaan pelanggan, Abdul Gani dibantu Indarwati mulai membuat sandal yang dibungkus kain perca batik. Usaha itu lebih prospektif dibanding usaha sebelumnya yang berbahan baku kulit sintetis.
"Produk sandal batik ini peka zaman, selalu punya pasar," kata Indarwati yang tengah hamil anak kedua, di rumahnya di Kampung Joyodi-ningratan, Kelurahan Kratonan, Kecamatan Serengan, Kota Solo, April lalu.
Indarwati yang semula membantu sang ayah memutuskan terjun total ke dunia produk dari perca batik. Dia membuat dompet, tas, dasi, dan tas pembungkus laptop dari perca batik. Dia memulai usaha itu tahun 1999 setelah memiliki anak pertama. Sebelumnya, dia pernah menjajal posisi tenaga pemasaran sebuah pabrik karung plastik selama tiga tahun.
Selain memberi penghasilan lebih besar, bekerja di rumah membuatnya tetap dapat mengasuh sang buah hati yang kini berusia 10 tahun. Indarwati dan ayahnya kini bermitra dengan 12 orang yang mengerjakan produknya dari rumah masing-masing.
Setiap bulan, Indarwati dan ayahnya menghasilkan 3.000-5.000 sandal dan 300-500 dompet. Pemasaran produk di Pasar Klewer oleh sang ibu, Supini. Sebagian besar produk mereka pesanan pelanggan, antara lain hotel di Lembang, Jawa Barat.
Produk sandalnya juga pernah menjadi suvenir untuk peserta Konferensi Kota-kota Pusaka Dunia dan Musyawarah Nasional Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia di Solo. Sandal batik itu kemudian diekspor ke beberapa negara oleh pembelinya.
Harga sandal tersebut Rp 7.500-Rp 12.500 per buah bergantung tingkat kerumitan model. Harga dompet Rp 4.000-Rp 40.000 per buah. Sementara harga dasi Rp 35.000 per buah.
Bahan untuk dompet dan dasi adalah kain batik tulis sutra ATBM (alat tenun bukan mesin), sedangkan sandal dan lainnya dari kain batik nontulis.
Seorang pengepul perca batik rutin menyetor bahan baku kepada Indarwati yang membelinya seharga Rp 10.000 per kilogram. Sementara harga kain perca batik tulis sutra ATBM Rp 40.000 per kilogram. 

Tulisanku seperti termuat di Kompas (Jawa Tengah) 12 Mei 2009

No comments:

Post a Comment