Wednesday 19 November 2014

ZHAKIAH BERANI MALU UNTUK MAJU

Usianya masih terbilang muda. Namun, keberaniannya dalam hal berbisnis barangkali bisa dibilang melampaui usianya. Zhakiah (25) sejak usia belia sudah bercita-cita menjadi pengusaha. Menjadi pegawai tidak pernah ada dalam bayangannya.
"Saya ditawari kerja di banyak tempat, tapi tidak mau. Selain waktunya terikat, gajinya paling besar, misalnya jadi manajer, di daerah hanya Rp 5 juta per bulan. Sekarang ini, jumlah itu alhamdulillah bisa saya dapat per hari," ungkap perempuan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung, Semarang ini, Sabtu (3/11).
Ilmu akuntansi sengaja dipilihnya saat kuliah untuk mendukung cita-citanya berbisnis. Saat ini, ia mengekspor kain tetoron ke Oman untuk bahan seragam tentara Oman. Ekspor ini terikat kontrak tiga tahun dan sudah masuk tahun kedua.
"Kontrak ini saya peroleh saat pameran dagang di Dubai. Saya menjadi salah satu wakil Jawa Tengah," jelas Zhakiah yang tengah hamil anak kedua.
Selain itu, ia juga menggeluti ekspor-impor ke Arab Saudi. Makanan, kosmetik, dan obat-obatan khas Arab ia impor ke Indonesia dan dijual di tokonya di Semarang. Toko serupa ada di Kota Solo, milik ayahnya, Ali Abdurrahman. Semasa kuliah, ia mondar-mandir Semarang-Solo untuk membantu mengelola toko ayahnya yang pada tahun 1999 pindah ke Kota Solo. "Saya juga impor jinten dari Arab empat ton per bulan," kata Zhakiah yang juga mengekspor sarung tenun ke Arab Saudi.
Kemampuannya berdagang terasah sejak kecil. Sulung dari 10 bersaudara ini saat masih SMP sudah membantu ayahnya berjualan di Simpanglima Semarang. Pada masa pemilu, ia membantu berjualan atribut partai politik.
"Waktu SD, teman saya ingin pulpen bagus. Saya menawarkan membelikan. Dari situ saya mengambil sedikit selisih. Saya harus usaha dulu untuk punya uang jajan lebih. Maklum, punya banyak adik. Rasa takut dan malu sudah hilang dengan pengalaman membantu bapak berdagang. Itu berguna kalau kita mau usaha dari nol," ujarnya.
Ayahnya yang ia panggil abah adalah sumber inspirasinya dalam berwirausaha. "Abah yang mendorong saya untuk tidak takut dalam berbisnis. Kalau saya ada masalah, ragu-ragu untuk memulai, saya pasti konsultasi dengan beliau," kisah Zhakiah yang pernah mengajar bahasa Arab selama kuliah.
Sejalan dengan suaminya, Hamzah Musawa, yang menggeluti bisnis percetakan, Zhakiah ingin membuka dua toko buku yang khusus menjual buku-buku impor berharga murah. 

Tulisanku seperti termuat di Kompas (Jawa  Tengah) 27 November 2007

No comments:

Post a Comment