Wednesday 19 November 2014

KETIKA TAMAN PINDAH KE GENTONG


Saat lulusan perguruan tinggi lain bingung mencari pekerjaan, tidak demikian dengan Ahmad Slamet Qasim (27). Melamar pekerjaan kepada perusahaan menjadi pilihan terakhirnya. Ia lebih suka mengeksplorasi ide kreatifnya. Setahun belakangan ia membuat taman dalam gentong.
Idenya muncul saat melihat temannya yang bekerja sebagai pembuat taman. Awalnya, Ahmad memanfaatkan kuali sebagai media tamannya karena barang itu tersedia di rumah dan dimanfaatkan ibunya sebagai pot tanaman.
"Lama-lama, saya melirik gentong sebagai pengganti kuali karena bentuknya lebih artistik," kata Ahmad di rumah sekaligus bengkel kerjanya di Jalan Banyuanyar Selatan, RT 1 RW XII, Kelurahan Banyuanyar, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Sabtu (4/9).
Gentong dipotong separuh bagian atas dan sedikit pada lambung bawah yang kemudian ditempelkan kaca. Bagian bawah menjadi semacam akuarium yang bisa untuk memelihara ikan. Pada awalnya, Ahmad harus menggergaji secara hati-hati untuk memotong gentong. Ia kemudian memanfaatkan mesin pemotong keramik karena lebih rapi dan cepat, hanya perlu setengah jam. Jika dengan gergaji, perlu setengah hari untuk memotong satu gentong.
Setelah itu dibentuklah semacam lereng dan terasering di dalam gentong dengan menggunakan semen, seperti halnya membuat taman di dalam rumah. Setelah dicat dan dikeringkan, lantas dipasangi hiasan tumbuh-tumbuhan plastik. Setelah kering benar, dipasangi semacam mesin pompa untuk menciptakan air terjun. Total tenaga listrik yang digunakan 15 watt. Setelah ke dalam gentong dimasukkan air, hadirlah suasana air terjun yang berbunyi kricik-kricik. Itu sebabnya, Ahmad menamakan karyanya Kricik-kricik Gentong, dan dapat menjadi semacam taman portabel yang bisa ditempatkan di mana saja.
"Ini solusi untuk yang punya rumah kecil namun ingin punya taman yang ada air terjunnya. Suaranya menenangkan sehingga bisa sekaligus untuk terapi relaksasi," kata Ahmad.
Ahmad memasarkan gentong taman karyanya di Pasar Malam Ngarsapura, Solo, yang buka setiap malam Minggu atau melalui berbagai pameran. Satu gentong taman dihargai Rp 250.000. Jika dipasangi kaca di lambung bawahnya dihargai Rp 300.000. Kendil taman harganya Rp 150.000. Padahal gentong biasa harganya hanya Rp 15.000-Rp 20.000. Dalam sebulan, ia menjual hingga 12 gentong.
Sebelum ini, Ahmad pernah sukses mengelola toko material milik seseorang selama dua tahun. Berbekal kesuksesan itu, ia memberanikan diri dengan seorang rekan mendirikan toko material sendiri. Namun kerja sama mereka gagal dan toko hanya bertahan setahun. "Yang penting harus kreatif agar kita tidak menganggur. Berwiraswasta itu enak, lebih santai dan lebih menantang kreativitas," kata Ahmad. 

No comments:

Post a Comment