Wednesday 19 November 2014

CERITA DI BALIK SANGKAR BURUNG


Lebih dari 13 tahun lalu, Bambang Sulistyo (47) menjalani hari demi hari dengan berkeliling menjalankan profesinya sebagai tenaga penjualan. Menjual produk batik atau teh pernah dilakoninya. Namun, sekarang semua itu tinggal cerita. Kini Bambang termasuk salah satu wiraswastawan mandiri yang berhasil mengentaskan diri berkat sangkar burung.
Berawal dari kebiasaannya sepulang kerja melihat proses pembuatan sangkar burung di rumah seorang teman, lama-lama ia tertarik untuk membuat sendiri sangkar burung. Seusai pulang kerja atau saat libur, ia membuat sangkar burung. Uniknya, ayah tiga anak ini bukan pehobi memelihara burung.
Setelah terkumpul banyak, ia menjual sangkar-sangkar burung ciptaannya di Pasar Burung, Depok, Solo. "Ternyata laku. Sejak itu, saya berpikir mengapa tidak menekuni saja usaha ini," ungkap Bambang, Kamis (1/2).
Berbekal izin dari istrinya, Rubiyah, Bambang mulai merintis usahanya. Ia pun mengajak sanak saudara dan tetangganya untuk berusaha serupa. "Saya ajak saudara saya yang tukang batu, penjual wedang. Awalnya mereka tidak percaya, setelah laku, mereka baru yakin untuk meninggalkan pekerjaan lama," kata Bambang yang rutin menggelar pertemuan tiga bulanan dengan para perajinnya.
Bambang akhirnya secara penuh berwiraswasta membuat sangkar burung. Keuntungan yang terkumpul sedikit demi sedikit dibelikan alat kerja. Pesanan pun berlimpah. Dalam sebulan ia bisa mendapat pesanan sangkar burung hingga 7.000 buah. Namun ia hanya mampu melayani 3.000 buah yang dikerjakannya bersama 200 perajin. Lingkungan rumahnya di Kampung Debegan, Mojosongo, Jebres, Solo, dan sekitarnya kini dikenal sebagai sentra sangkar burung. Bambang termasuk pionernya.
Pesanan kini datang dari hampir seluruh wilayah Indonesia. Jatuh bangun menjadi bagian dari berusaha. Ujian paling berat adalah isu flu burung yang beberapa tahun terakhir melanda. Pesanannya merosot hingga 70 persen. Perajin mitranya pun kini hanya 56 orang.
Namun, ia tetap bertahan dan konsisten membuat sangkar burung. Beruntung sejak tahun 1997 ia juga mengembangkan produk sangkar burung jenis khusus, yaitu sangkar burung eksklusif atas dasar pesanan. Sesuai pesanan, sangkar burung ini dilengkapi ukir-ukiran, mulai dari cerita wayang hingga dewa-dewa Tiongkok. Usaha ini relatif stabil dan tahan goncangan isu flu burung. 

Tulisanku seperti termuat di Kompas (Jawa Tengah) 6 Februari 2007

No comments:

Post a Comment