Wednesday 19 November 2014

SITI FATIMAH, KECIL-KECIL LAMA-LAMA JADI BESAR


Siti Fatimah (34) tak pernah bercita-cita menjadi pengusaha mebel. Kuliahnya saja di Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Negeri Surabaya. Lulus kuliah, ia sempat bekerja di konsultan teknik.
Hanya bertahan setahun, ia lalu mengajar di STM, di empat sekolah sekaligus. Siti bekerja dari Senin hingga Minggu mulai pukul 07.00- 17.00. Bekerja keras menjadi bagian hidupnya.
Selama kuliah, ia juga menyambi berdagang. "Otak dagang"-nya selalu jalan bila melihat kesempatan berjualan datang. "Saya jual batik, mukena, dan buku-buku agama ke teman-teman," katanya beberapa waktu lalu.
Kebiasaannya berdagang tak surut meski sudah bekerja. "Sejak kerja di konsultan, saya mulai bisnis jual mebel. Mebelnya saya ambil dari tempat bapak, lalu saya tawarkan ke teman-teman," katanya.
Siti, anak kedua dari sembilan bersaudara ini lahir di tengah keluarga pengusaha mebel. Seluruh saudaranya kini pengusaha mebel. Ayahnya, Mukhlas, adalah pedagang generasi pertama di Pasar Mebel Surakarta sekitar tahun 1970-an. Usahanya kemudian diteruskan sang ibu. "Ayah dulu sering ikut kakek jualan mebel keliling, hanya dengan dipikul dari Kalijambe hingga Solo," ungkapnya.
Semakin hari pesanan mebelnya semakin banyak hingga akhirnya ia memutuskan terjun total ke bisnis mebel. "Karena ketika mengajar di sekolah waktu saya terikat dan tersita, saya putuskan untuk bisnis mebel saja," jelas Siti.
Ia tidak lagi mengambil mebel dari toko ayahnya, melainkan memproduksi sendiri. Siti tak hanya pasrah dengan hasil kerja para pekerjanya, melainkan juga turut memikirkan soal desain. "Ini untuk menarik pembeli. Biar mereka melihat barang kami berbeda dari toko lainnya," katanya.
Siti pun berani pasang harga lebih murah dibanding toko-toko mebel lain. "Itu makanya, toko saya termasuk yang paling ramai di sini," kata Siti yang memiliki tiga bengkel kerja dan ruang pamer di Pasar Mebel, Solo, dan sebuah bengkel kerja di Telukan, Sukoharjo.
Salah satu kunci yang membuat pelanggannya betah adalah pelayanan yang optimal. "Saya layani terus apa kemauan pelanggan. Mereka mengeluh soal A, kita coba perbaiki soal A dan selanjutnya sehingga pelanggan tidak kapok kembali ke tempat kita," ungkap ibu Fadhal Fathurohman (9) dan Afrizal Yafi' Rohman (6) ini.
Didikan orangtua yang keras soal kemandirian dan sifat hemat telah membentuk sifat yang dibutuhkan seorang wirausaha. Memulai usaha sendiri, menurutnya, tidak perlu modal besar.
"Yang penting jangan malu sepanjang usaha kita halal. Kita bisa mulai dari kecil, tidak perlu langsung modal besar," jelas istri Taufik Rohman ini. 

Tulisanku seperti termuat di Kompas (Jawa Tengah) 4 Desember 2007

No comments:

Post a Comment