Wednesday 19 November 2014

DUET MENGEMBANGKAN BATIK KAYU


Kismiyati (37) biasanya membatik di atas kain. Namun sejak dua tahun terakhir ia lebih berfokus untuk membatik kayu. Proses membatik pada kain dan kayu hampir sama, yaitu harus dibatik dengan canting yang menggunakan malam (lilin) dan dicelup ke dalam larutan zat pewarna. Hanya saja, proses mencanting di atas kayu kadang-kadang tidak bisa sekali jadi, harus beberapa kali agar malam-nya tertoreh cukup baik. Demikian pula dengan proses pewarnaan yang bisa mencapai 5-7 kali celup.
Kismiyati lebih memilih membatik kayu karena prosesnya cepat selesai karena luas permukaan yang harus dibatik sedikit saja. Dengan demikian, ia juga lebih cepat memperoleh hasil. Ia sudah membatik kayu selama 10 tahun terakhir. Hanya saja, ia sekadar melayani pesanan jasa membatik saja dengan ongkos Rp 500 per barang.
Lama-lama timbul keinginannya untuk mandiri. Kismiyati pun mulai mengumpulkan satu demi satu barang, seperti mobil-mobilan, pesawat, nampan, hiasan berbentuk kucing atau kuda, topeng, dan lainnya yang terbuat dari kayu sengon, pule, mangga, dan jati.
Barang-barang ini ia batik satu per satu dan diwarnai sendiri dengan zat pewarna alam, yakni berbagai jenis dedaunan dari sekitar rumahnya. Setelah terkumpul banyak, ia kirimkan ke Yogyakarta, Solo, dan Jakarta untuk dititipkan ke toko batik atau galeri dengan sistem konsinyasi.
"Kendalanya, modal terbatas membuat kami kesulitan menjaga kelancaran produksi karena dengan sistem konsinyasi, barang kami dibayar setelah barang terjual," kata Kismiyati didampingi suami, Suharja Prasetya (43).
Dua tahun terakhir, Suharja yang semula tergabung bersama Koperasi Sopir Taksi Indonesia (Kosti) Solo memilih menjual taksinya untuk mendukung penuh usaha sang istri. Suharja membangun jaringan sehingga berbagai pameran melalui fasilitasi Pemerintah Kabupaten Klaten berhasil diikutinya. Cita-cita Kismiyati dan Suharja dapat mengekspor batik kayu.
Kini, Kismiyati dibantu lima pekerja membatik kayu yang dikerjakan di rumahnya di Dusun Karang Gumuk, Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Klaten. Ia pun masih ikut menggoreskan canting di atas kayu, selain membatik di atas kain berdasarkan pesanan.
Batik kayu buatan Kismiyati tampak rapi dengan warna dan motif yang indah, seperti bunga, kupu-kupu, jahe, kopi pecah, terongan, atau motif klasik seperti parang kusumo, truntum, kawung, sido mukti, dan sidomulyo. Harga batik kayu produksi Kismiyati dan Suharja mulai Rp 7.500 untuk gantungan kunci hingga mebel yang harganya ratusan ribu rupiah. 

No comments:

Post a Comment