Wednesday 19 November 2014

AYAH SERING MENGAJAK KAMI MERAMPOK...


 Awal pekan ini, masyarakat Surakarta dikejutkan dengan tertangkapnya gembong perampok yang beroperasi di berbagai daerah di Jawa dan Bali, yang selama ini membuat resah masyarakat. Tersangka perampok ini dikenal sebagai spesialis merampok emas dan nasabah bank, yang tidak segan-segan membunuh korban atau orang yang menghalanginya. Gembong perampok itu adalah Sugianto (60) alias Sugi alias Pakdhe alias Pake. Sugi ditangkap di rumah kontrakannya di Jalan Kendal Growong, Muntilan, Magelang, Jumat (25/3). Penangkapan ini berdasarkan informasi dari anak perempuan pertamanya, Ita Rosita, yang sehari sebelumnya ditangkap di rumahnya di Kediri, Jawa Timur. Menurut Kepala Kepolisian Wilayah Surakarta Komisaris Besar Abdul Madjid, Sugi kerap mengajak anak-anak perempuannya untuk membantunya dalam beraksi. Sang anak disuruhnya mengantar gembong perampok itu ke lokasi perampokan. Ita yang ditemui di tahanan Kepolisian Wilayah Surakarta, Rabu (30/3/2005), mengaku, ia pernah tiga kali disuruh mengantarkan bapaknya ke tiga tempat yang kemudian diketahui menjadi lokasi perampokan yang menghebohkan, yakni Goro Assalaam, Sragen, dan PKU Muhammadiyah. Dengan demikian, keterangan Ita ini menjadi pintu bagi kepolisian untuk mengungkap dua kasus besar yang hingga kini masih misterius, yakni perampokan di dekat PKU dan Goro Assalaam beberapa tahun lalu yang menimbulkan korban tewas. Kasus perampokan yang berlangsung di PKU Muhammadiyah menewaskan sopir kantor PDAM yang membawa gaji karyawan serta tiga orang lainnya, termasuk petugas polisi yang mengawalnya. Diperkirakan, pelakunya adalah empat perampok yang menggunakan sepeda motor. Menurut Ita, saat itu ia hanya disuruh mengendarai mobil Suzuki Espass untuk mengantar Sugi dan seorang rekannya ke PKU. "Habis itu saya tidak tahu bapak ke mana, dia terus dijemput oleh temannya dengan sepeda motor," kata Ita. Sugi memiliki lima anak yang seluruhnya perempuan. Ita adalah salah satu anaknya yang sering dimanfaatkannya saat beraksi. Menurut Ita yang berpenampilan gempal dengan rambut sebatas leher dan mempunyai seorang anak berusia delapan tahun, ia kadang-kadang pulang dari Kediri untuk menengok orangtuanya yang kala itu masih mengontrak di Colomadu, Sukoharjo. Ita sendiri sejak kecil tinggal dengan neneknya di Kediri. Empat adiknya yang lain tinggal bersama orangtua mereka. "Saat saya pulang itu, bapak menyuruh saya untuk mengantarnya," kata Ita sambil menatap kakinya yang pada bagian ujungnya dihiasi cat kuku berwarna gelap, Rabu kemarin. Menurut Ita, selama ini bapaknya ia kenal berprofesi sebagai makelar motor. Sedang sang ibu menjalankan warung kelontong dan kini masih tinggal di rumah kontrakannya di Muntilan yang ditempati sejak dua tahun lalu. "Orangtua tidak punya rumah, jadi sering pindah-pindah kontrakan," jelasnya. Ita sering menyaksikan, bapaknya dikunjungi beberapa orang temannya. Pada beberapa kesempatan, mereka akan keluar bersama-sama dalam waktu yang lama. "Mereka pergi siang hari, nggak tahu kemana," katanya. Ditambahkannya, dia tidak pernah meminta uang bagian kepada ayahnya. "Saya nggak pernah minta bagian. Saya kalau minta uang sama ibu, Rp 200.000 atau Rp 300.000 buat jajan," jelasnya. *** ITA mengaku menyesal dan malu terhadap kasus ini. Ia mengkhawatirkan nasib anaknya yang tinggal di Kediri mengingat ia juga sudah berpisah dari suami beberapa tahun lalu. Selain melibatkan Ita, Sugi juga mengajak salah satu menantunya, Dodi, yang beberapa tahun lalu tewas dikeroyok massa usai tertangkap merampok di sebuah daerah di Jawa Timur. Istri Dodi, Vita, kini tinggal bersama Ita. Dari hasil penyidikan polisi, ada 12 daerah yang dipastikan pernah dijadikan Sugi sebagai sasaran perampokan berdarah dingin, antara lain di Sragen, Karanganyar, Solo, Kediri, Tulungagung, Probolinggo, Wonogiri, Magelang, Yogyakarta, Kendal, dan Pekalongan. Beberapa di antaranya menyebabkan korban tewas. Sugi sendiri berpenampilan tenang dan cenderung murah senyum dengan hiasan rambut yang mulai memutih. Ia jarang menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, termasuk mengapa tega melibatkan anaknya dalam aksi perampokan yang didalanginya. Namun, saat seorang petugas kepolisian mendatanginya untuk memotretnya, ia memasang wajah dengan senyum terkembang. Tidak ada tanda penyesalan atau tertekan di wajahnya. Ia sempat menitipkan satu botol berisi satu liter air mineral dingin agar diberikan kepada Ita. Sugi saat ini berada dalam tahanan Polwil Surakarta dan berada satu ruangan bersama Timotius Tri Sabarno, tersangka penipuan dan penggelapan uang miliaran rupiah. Hingga kini, Sugi masih diperiksa intensif. Dalam keterangannya kepada penyidik, Sugi mengakui tiga kasus perampokan yang pernah dilakukannya secara langsung, yakni perampokan di sebuah penggilingan padi di Masaran, Sragen tahun 2003 dengan kerugian Rp 160 juta dan seorang korban tewas, perampokan bersenjata di dekat PT Puspitasari di Ceper, Klaten dengan kerugian Rp 44 juta, dan perampokan di Pasar Bunder, Sragen, dengan kerugian Rp 33 juta. Kepala Polwil Surakarta mengatakan, Sugi adalah bos Herlambang, kelompok perampok yang sering beraksi di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta baru saja ditangkap Polda Jawa Tengah, pekan lalu, di Sukoharjo. Selain menangkap Sugi dan Ita, Polwil Surakarta juga telah menangkap Jiing di Salatiga yang masih terkait erat dengan kelompok Sugi. Sugi juga diperkirakan terkait dengan kelompok Taufik dan Promek di Jawa Timur. Sejauh ini, Sugi mengaku menjadi konseptor dalam setiap aksi. Ia merencanakan, menentukan sasaran, dan modus. Hanya tiga tempat yang ia akui turun langsung ikut merampok, yakni dua tempat di Sragen dan satu di Klaten. Dengan tertangkapnya Sugi, seperti disampaikan Kepala Kepolisian Polisi Daerah Jawa Tengah Irjen Chaerul Rasjid, paling tidak 20-25 kasus perampokan besar yang pernah terjadi akan bisa terungkap. Kita tunggu hasil penyidikan polisi selanjutnya. Bila memang Sugianto terlibat sedikitnya 25 kasus perampokan, polisi kali ini benar-benar mendapat perampok kelas kakap!

Tulisanku seperti termuat  di Kompas (Jawa Tengah)  31 Maret 2005

No comments:

Post a Comment