Wednesday 19 November 2014

ADIB KONSISTEN MEMBANGUN RUMAH SEDERHANA

Pengusaha sukses dipengaruhi faktor keturunan atau berangkat dari usaha warisan. Pandangan ini ingin didobrak Adib Ajiputra (39). Dorongan dari orangtua, Ahmad Jisam Abdul Manan (guru SD) dan Siti Fatonah (ibu rumah tangga), agar ia mandiri membiayai kuliahnya, juga menjadi motivasi kuat untuk mulai berwirausaha.
Adib yang kuliah di Jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta juga prihatin melihat lulusan kampusnya yang pintar-pintar justru menganggur usai lulus kuliah. Jadilah Adib mulai berwiraswasta.
Uniknya, ia memulai wirausaha dengan membuka Institut Pengembangan Kewirausahaan dan Kejuruan Indonesia pada 1992. Tidak lama, ia membuka usaha sablon dan agen air mineral. "Saya terdorong harus berhasil wiraswasta agar menjadi contoh di institut. Hasilnya, teman-teman yang ikut jadi wiraswastawan justru lebih berhasil," jelasnya dengan rendah hati, Senin (21/8).
Selain giat wiraswasta, Adib juga rajin berorganisasi. Ia bahkan sempat mengajar siswa SMP dan SMA Al Muayyad Solo. Alhasil, kuliahnya sampai molor delapan tahun. Baru pada tahun 1994, pria kelahiran Sragen ini lulus kuliah. "Orangtua mendorong saya ikut organisasi, sebagai sumber belajar lain selain sekolah," jelasnya. Kini anak keempat dari delapan bersaudara ini tercatat sebagai Ketua Real Estat Indonesia (REI) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Surakarta. Lulus kuliah tidak membuatnya berpaling pada profesi lain meski sebagian besar saudaranya menjadi guru dan kyai. Usaha sablon dan air mineral masih terus ditekuninya meski pada akhirnya gulung tikar karena tidak fokus.
"Ini pelajaran berharga buat saya bahwa kita harus total dalam mengerjakan sesuatu," tuturnya.
Semangat tinggi Adib untuk tetap berwiraswasta ditambah pergaulannya yang luas membawanya merambah dunia properti. Tahun 1996, tidak lama setelah menikahi Sri Bangun Puji Astuti, Adib memulai kiprahnya dengan membangun 175 unit Perumahan UNS V Palur yang diperuntukkan bagi dosen, karyawan UNS, dan masyarakat umum. Ia berkolaborasi dengan sang adik yang lulusan Teknik Sipil untuk mengurusi masalah teknis. Beruntung proyek selesai bersamaan dengan datangnya krisis moneter.
Selain tidak terhantam dampak krisis, perumahan sederhana yang dibangunnya diminati.
Hingga kini, pilihan usahanya konsisten, membangun rumah bagi golongan ekonomi menengah ke bawah atau rumah sederhana sehat (RSH). Padahal diakuinya, membangun rumah bagi segmen menengah ke atas jauh lebih menguntungkan. "Selain ingin membantu kebutuhan rumah bagi golongan ini, pasar RSH jelas," kata Adib yang juga sukses mendorong sang istri terjun ke dunia bisnis dengan menekuni usaha busana muslim.
Hingga kini Adib telah membangun lebih dari 600 unit RSH yang laris manis di bawah bendera PT Griya Abadi Santosa. 


Tulisanku seperti termuat di Kompas (Jawa Tengah) 22 Agustus 2006

No comments:

Post a Comment