Wednesday 19 November 2014

DARI PRALINE HINGGA LOLIPOP ALA YUSAK YANI


Cokelat telah dikenal sejak masa Indian Maya. Biji kakao sangat berharga sehingga dijadikan alat tukar seperti halnya uang. Pada masa Indian suku Aztec, minuman cokelat panas diminum dengan gelas-gelas yang terbuat dari emas. Indonesia kini menjadi penghasil kakao ketiga terbesar di dunia. Meski demikian, hasil olahan cokelat lebih dikenal berasal dari Swiss.
Berangkat dari keprihatinan inilah, Yusak Yani (45) mulai berkreasi membuat produk cokelat dengan sentuhan dekorasi seperti yang dilakukan dalam pembuatan kue pengantin. Jadilah, produk permen cokelat aneka bentuk dan warna, praline (kepingan cokelat), dan lainnya.
Ayah dua anak ini pernah mencicipi kuliah di Jurusan Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Jurusan Sinematografi Institut Kesenian Jakarta. Karena kesulitan biaya, kuliahnya terputus. Ia pun banting setir dengan bekerja di perusahaan bakery dengan keahlian membuat pastry, lalu dipercaya membuat kue pengantin dan ulang tahun. Yusak sempat berpindah-pindah dari satu perusahaan ke perusahaan bakery lainnya di Kota Semarang dan Kota Solo.
Keterampilannya menghias kue diperoleh, kemudian diaplikasikan ke cokelat. Pada suatu saat, dia terpikir membuat cokelat yang dihias seperti halnya menghias kue pengantin. Saat itu, di Solo belum ada produk olahan makanan seperti yang digagas Yusak.
"Saat itu bertepatan dengan krisis ekonomi tahun 1998. Anak kedua saya lahir, gaji saya saat itu meski tergolong tinggi, Rp 3 juta per bulan, namun mulai terasa tidak cukup karena krisis," ujarnya saat ditemui beberapa waktu lalu.
Awalnya, ia membuat ampyang cokelat yang dititipkan di toko oleh-oleh. Kreasinya kemudian ia lengkapi dengan permen cokelat. Agar tidak membosankan, permennya dihias aneka warna, dan mengambil bentuk-bentuk tokoh kartun.
Produk cokelat yang diberi merek Floren dab Temy yang dititipkan di toko roti, supermarket, dan swalayan, digemari konsumen. Saat valentine misalnya, produk permen atau praline cokelatnya berbentuk hati atau kata-kata puitis, habis diserbu pembeli.
Karyanya kini banyak ditiru pihak lain. Agar tetap bertahan, Yusak terus berkreasi. Terakhir, ia memunculkan cokelat dengan warna yang bergradasi. Banyak teknik seni rupa yang ia terapkan dalam menghias cokelatnya. Kini, dalam sehari dia bisa menghabiskan 40-60 kilogram cokelat.
"Dulu awalnya, banyak orang sinis kepada saya, kok membuat cokelat seperti ini. Setelah produk saya terbukti digemari, banyak yang ikut membuat," ujarnya.
Ke depan, Yusak berobsesi memiliki semacam sekolah yang mengajarkan teknik membuat aneka produk dari cokelat. Ia bermimpi, Indonesia sebagai penghasil kakao terbesar ketiga dunia, juga dikenal sebagai penghasil produk cokelat seperti Swiss. 

Tulisanku seperti termuat di 1 Juni 2010

No comments:

Post a Comment