Wednesday 19 November 2014

PRIA YANG BESARKAN PUSAT KERUDUNG

Kerudung salah satu elemen penting dalam penampilan seorang perempuan yang berbusana muslimah. Seiring makin maraknya pemakaian jilbab, bisnis produksi kerudung makin menjanjikan.
Widodo Muktiyo (41) menyadari hal ini. Sejak tahun 1996, dengan keputusan berani ia memutuskan beralih dari bisnis garmen pembuatan seragam sekolah dan baju pria yang sudah empat tahun digelutinya ke bisnis pembuatan kerudung.
Hingga kini, Widodo yang juga Kepala Humas dan Kerja Sama Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo telah memiliki 10 gerai ritel kerudung yang diberi nama Penimo dan tersebar di Kota Solo, Klaten, Yogyakarta, dan Jakarta.
Koleksinya terdiri dari ratusan item per gerai yang dibeda- kan menjadi golongan corak, warna, jenis bahan, dan ukuran. Tak hanya itu, Penimo juga menyediakan baju muslimah, baju koko, kebutuhan shalat, dan aksesori busana muslimah, scarf, bandana, dan pasmina yang tengah digandrungi kaum perempuan.
Sebagian besar barang itu hasil produksi sendiri dari pabrik garmennya di Wedi, Klaten, yang kini mempunyai 200 pekerja tetap dan 50 mitra yang bekerja subkontrak. Dari modal awal berupa pinjaman Rp 10 juta, kini perputaran bisnis Penimo mencapai Rp 1 miliar. Pilihan Widodo menggeluti bisnis kerudung sejak awal didukung istrinya, Herawati (38). Keduanya berniat bekerja sambil beribadah. "Dengan bisnis ini, saya ikut mensyiarkan ajaran agama soal menutup aurat," jelas Widodo di salah satu gerainya di Kotabarat, Solo, Kamis (13/10).
Tak hanya dukungan moral, Widodo dan Herawati berbagi peran. Herawati mengelola operasional termasuk mengurusi pemasaran dan tren mode. Keduanya memperkenalkan bisnis ini kepada dua anak mereka yang masih kecil.
Kiat mereka up to date terhadap tren adalah dengan membentuk tim desain, berlangganan majalah mode, mengamati gerai pesaing, dan rajin mendatangi peragaan busana. "Kami mengamati tren di Jakarta. Biasanya tren di Yogyakarta dan Solo terlambat dua bulan dari Jakarta. Justru kalau kami produksi item baru terlalu banyak, tidak laku," ungkap Herawati.
Selain memiliki 10 gerai sendiri, keduanya juga menyuplai produk ke berbagai gerai di supermarket. Ke depan, Penimo berencana membuka gerai sistem waralaba dengan membangun sistemnya. Syaratnya mudah, hanya modal Rp 100 juta dan dalam tiga tahun ditargetkan balik modal. 

Tulisanku seperti termuat di Kompas (Jawa Tengah) 15 Oktober 2005

No comments:

Post a Comment