Wednesday 19 November 2014

KISAH SRI DAN BOTOL BEKAS


Berawal saat jalan-jalan ke Candi Borobudur bersama kerabat yang datang dari luar kota pada akhir 2007, lahirlah ide untuk mengolah botol-botol plastik bekas menjadi sebuah benda baru.
Saat itu ketika istirahat untuk minum, Sri Ngrejekeni (43) bersama suami, Muh Solikin (47), dan kerabatnya berbincang tentang botol minuman kemasan yang beraneka bentuk. "Setelah sampai di rumah, kami mencoba-coba membuat berbagai barang dari botol plastik bekas, seperti lampion," kata Sri di sela-sela Pameran Kreasi Sulap Sampah yang digelar Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta di Taman Balekambang, Solo, Sabtu (12/6).
Bersama suaminya dia membuat berbagai macam bentuk dan ukuran lampion. Ia juga membuat tempat tusuk gigi dan tirai. Botol bekas diberi lem lalu ditabur glitter agar tercipta kesan kerlap-kerlip, lalu disemprot cat untuk memberikan efek warna tertentu.
Saat Pemerintah Kota Solo akan membuka Kawasan Ngarsapura sebagai pusat kerajinan usaha kecil dan menengah, Sri memberanikan diri mengajukan proposal kepada dinas terkait. Ia pun mendapat salah satu stan dan berjualan setiap malam Minggu.
"Pertama kali berjualan di Ngarsapura, kami hanya dapat Rp 3.500.
Saat itu orang mengira kami hanya pameran," ujarnya.
Kini, setiap kali berjualan di Ngarsapura, Sri dan Solikin, mampu membawa pulang uang Rp 150.000-Rp 200.000. Sebulan, mereka mendapat penghasilan tambahan Rp 600.000-Rp 800.000. Ini belum ditambah jika mendapat pesanan suvenir untuk acara ulang tahun atau pernikahan. Selain mendatangkan penghasilan tambahan, usaha ini setidaknya berkontribusi dalam mengurangi limbah plastik.
Sri dan suaminya berbagi tugas menjalankan usaha yang produknya diberi label "Astho Prigel", yang artinya tangan yang kreatif. Solikin yang sehari-hari membuka jasa servis alat-alat elektronik bertugas membuat berbagai kerajinan dari botol plastik dan galon kecil. Sedangkan Sri yang hingga kini tenaga marketing sebuah produk asuransi menangani penyelesaian akhirnya. Mereka juga menjual produk ini di dekat lapangan tenis Manahan.
Harga produk mulai Rp 5.000-Rp 50.000 bergantung pada bentuk dan ukuran. Sri dan Solikin bahkan menciptakan lampion berbentuk replika Piala Dunia. Mengolah botol bekas ini, kata Sri, tidak membutuhkan keahlian khusus. Bahan bakunya pun murah dan mudah diperoleh.
"Membuatnya gampang, hanya menggunakan gunting. Bahan bakunya botol bekas yang kami beli Rp 100 per buah," ujarnya. 

No comments:

Post a Comment