Saturday 25 October 2014

MENCICIPI SOTO KEGEMARAN PAK HARTO DI STADION MANAHAN

Bila Anda melintas di kawasan Stadion Olahraga Manahan, Kota Solo, jangan lupa mampir ke warung soto Pak Di. Soto daging sapi dan daging ayam buatan Walito Diharjo (57), nama lengkap Pak Di ini, meskipun dijual di kaki lima, bercita rasa istana.

Pasalnya, sotonya sangat digemari dan pasti disantap mantan Presiden Soeharto dan keluarganya saat berkunjung ke Kota Solo. Pak Di akan diundang melayani keluarga Cendana di Dalem Kalitan, kediaman keluarga Soeharto di Solo. Tidak ketinggalan, angkringan dan kuali sotonya turut ia bawa masuk ke Dalem Kalitan.

Soto Pak Di terdiri dari suwiran daging sapi atau ayam yang ditaburi tauge, potongan daun seledri, dan bawang goreng yang kemudian disiram kuah soto yang berbumbu racikan laos, sereh, jahe, daun salam, lada, kemiri, garam, dan daun jeruk purut. Agar sedap, kuah yang berasal dari air rebusan daging ini diberi tempe bosok, yakni tempe yang hampir busuk.
Untuk melengkapi kenikmatan menyantap soto, Pak Di menyediakan kerupuk karak, gorengan tahu dan tempe, sate telur, sate paru, sate kerang, kerupuk, dan peyek untuk menemani acara santap soto.

Harga satu porsi soto daging sapi dan ayam hanya Rp 3.000. "Warung soto saya libur setiap hari Senin. Tanggal merah atau hari libur besar, saya justru buka, termasuk Lebaran. Ini untuk melayani mereka yang berlibur ke Solo," ujar Pak Di yang memulai berjualan soto keliling pada 1981.



Kios sotonya yang terletak di sebelah barat GOR Manahan atau tepatnya di sebelah timur pintu masuk Asrama Polisi Manahan buka pukul 06.00-14.00. Sebagian besar pelanggan lebih menggemari soto sapi buatannya, termasuk Pak Harto yang selalu meminta makan soto dengan mangkok milik Pak Di. 

"Kalau pakai mangkok milik Dalem Kalitan, malah tidak mau. Mungkin terlalu bersih ya," katanya setengah berkelakar.

Pak Di mulai menjadi langganan keluarga Cendana pada tahun 1991. Saat itu ada tujuh penjual soto yang diundang ke Dalem Kalitan. Pak Di mendapat giliran terakhir, tetapi justru ia yang terpilih untuk melayani keluarga Soeharto saat berkunjung ke Dalem Kalitan. Setelah Tien Soeharto meninggal 1996, 

Pak Di justru diminta menyuguhi tamu- tamu yang datang ke Dalem Kalitan dengan soto buatannya. Bila tidak ada tamu, ia berjualan soto di bawah pohon beringin yang ada di depan Dalem Kalitan sehingga sempat dikenal sebagai soto Kalitan. Pak Di pindah berjualan ke Manahan setelah Soeharto lengser. 

No comments:

Post a Comment