Saturday 25 October 2014

MENIKMATI SATE KELINCI DI BAWAH DERAI AIR TERJUN

Sate kelinci, bagi sebagian orang, mengingatkan pada obyek wisata Tawangmangu yang terletak 40 kilometer dari Kota Solo dan masuk wilayah Kabupaten Karanganyar.
Meski terdapat di kota lain, sate kelinci sejak berpuluh-puluh tahun lalu paling banyak ditemukan di daerah berhawa dingin. Kata orang, belum lengkap kalau belum menyantap sate kelinci saat berkunjung ke Tawangmangu.

Rasa daging sate kelinci yang khas, empuk, dan agak manis yang dituang bumbu kacang atau kecap, menjadi pilihan para penggemar sate Namun ternyata, sate kelinci tidak hanya terkenal di kawasan Tawangmangu, Solo, atau sekitarnya, tetapi juga hingga ke luar negeri.
Kalau Anda "iseng-iseng" mencari kata kunci sate kelinci di situs mesin pencari, Anda akan temukan banyak tulisan tentang itu, tidak hanya dalam bahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa asing, seperti Inggris, Belanda, atau Jerman yang menyebut tentang sate kelinci dan Tawangmangu.

Itu menunjukkan jenis makanan eksotik yang satu ini cukup terkenal di kalangan pemburu makanan enak di seluruh dunia. Di daerah wisata Tawangmangu bisa ditemui puluhan penjual sate kelinci yang kebanyakan juga menjual sate ayam. Pengunjung bebas memilih akan menyantap sate kelinci di warung mana saja yang disukai. Tetapi kalau ingin terasa "beda", kita bisa datang ke penjual sate yang mangkal di dalam lokasi hutan wisata Grojogan Sewu.

Di dalam hutan wisata terdapat 15 penjual sate kelinci. Lokasinya tersebar di berbagai titik, antara lain di dekat kolam renang, taman, atau rimbunan pepohonan.
Kalau suka, Anda bisa memilih lokasi penjual sate yang lokasinya tidak jauh dari air terjun setinggi 100 meter dengan luncuran airnya yang deras.

Di bawah pohon rindang, sambil menikmati gemercik air terjun dan sungai yang mengalir di bawahnya, serta bau harum pepohonan, pengunjung dapat menikmati sate hangat yang disajikan Pak Kini. Pak Kini telah berjualan sate kelinci selama 34 tahun di kawasan wisata Tawangmangu.

Sekarang, ia tidak lagi menjaga sendiri warung satenya, tetapi menyerahkannya kepada orang lain, yakni Parmin (27). Saat pembeli membeludak, Parmin ditemani Gimanto (30).
***

Satu porsi sate kelinci berisi 10 tusuk sate yang dilengkapi lontong, seharga Rp 5.000. Harga yang ditetapkan seragam, sesuai perjanjian seluruh pedagang di dalam hutan wisata, Persatuan Pedagang Bina Wisata (Perdabita). Dalam berdagang pun, mereka menggunakan seragam kemeja khusus berwarna hitam yang bertuliskan Perdabita.

Daging sate kelinci yang belum dibakar berwarna putih karena sebelumnya, setelah dipotong-potong dan ditusuk, dicelupkan ke air panas lalu ditiriskan.
Itu dimaksudkan untuk menghilangkan bau amis daging dan membuat daging lebih cepat menyerap bumbu dan matang saat dibakar. Tidak heran, menurut Parmin, sate kelinci lebih cepat matang saat dibakar dibanding sate ayam. "Daging ayam mengandung lemak, jadi dagingnya seperti agak basah dan lama matangnya." Katanya.

Tidak ubahnya sate kambing atau ayam, sate kelinci juga disajikan bersama bumbu kacang atau bumbu kecap yang ditambah potongan cabai rawit dan bawang merah.
Rasa sate kelinci mirip sate ayam, namun sedikit lebih manis rasa khas daging kelinci. Potongan-potongan daging sate dibuat kecil- kecil sehingga nyaman untuk disantap. Sate kelinci paling sedap dinikmati saat hangat, ditemani sebotol teh manis.

Parmin mendapat pasokan daging kelinci dari pasar di sekitar Tawangmangu. Jika sedang panen pembeli, ia bisa menghabiskan 50 kilogram daging per harinya. Satu kilogram daging yang dibelinya seharga Rp 25.000 bisa menjadi 120-140 tusuk sate.

"Kalau ramai, bisa sampai sembilan orang yang membantu saya. Kalau hutan ini lagi sepi pengunjung, kadang-kadang satu kilogram juga tidak habis," kisahnya tentang suka dan duka berjualan sate kelinci di Hutan Wisata Grojogan Sewu.

Musim ramai berlangsung saat libur Lebaran atau liburan sekolah. Pada saat itu, bisa berpuluh-puluh orang mampir di warung satenya. Saat musim hujan, pembelinya menurun karena calon pengunjung hutan wisata tidak terlalu berani mendatangi areal air terjun, akibat beberapa tahun yang lalu pernah terjadi longsor. 

No comments:

Post a Comment